Februari 23, 2015

The Girl on The Train





Judul Buku : The Girl on The Train
Penulis : Paula Hawkins
Tebal : 269 halaman
ISBN : 9780698185395
 


Who was it said that following your heart is a good thing? It is pure egotism, a selfishness to conquer all


Saya tergoda membaca buku ini karena di sinopsisnya membawa bawa judul Gone Girl dan Before I Go To Sleep, dua novel yang saya suka karena endingnya bikin senewen. Jadi makin penasaranlah saya karena saya lihat review buku ini juga cukup bagus di Goodreads. Barangkali bakal masuk ke jajaran novel favorit saya tahun ini? Who knows?

Yaah, ternyata.... saya cukup terkejut membaca cerita di dalamnya.

Buku ini diceritakan dari tiga sudut pandang, Rachel yang baru saja bercerai, kehilangan pekerjaan dan alkoholik, Megan yang meski memiliki seorang suami penyayang tetapi tetap saja merasa hidupnya tak sempurna, serta Anna yang merupakan istri baru dari suami Rachel.

Cerita dimulai dari rutinitas yang biasa dilakukan Rachel setiap hari, berangkat pagi pura pura pergi kerja (ia tak mau teman seapartemennya tahu kalau ia sudah dipecat dari kantornya) naik kereta. Sambil menikmati pemandangan dari balik jendela, ia juga suka memberi karakter pada orang orang yang sering ia lihat dari balik jendela tersebut yang tinggal di rumah rumah dekat rel. Tapi ada satu rumah yang selalu ia sempatkan diri untuk mengamati setiap kali naik kereta. Pemilik rumah itu sepasang suami isteri, Rachel bahkan memberi nama sendiri kepada dua orang yang tak ia kenal itu, Jess dan Jason.

Suatu hari, terdengar berita bahwa Jess, yang bernama asli Megan, menghilang dari rumah. Rachel merasa bahwa ia terkait dengan peristiwa hilangnya Megan, terutama saat sebelum Megan menghilang, Rachel melihatnya dari balik jendela kereta, sedang bermesraan dengan seorang laki-laki. Didorong rasa empati yang dalam terhadap Scott, sang suami, Rachel memberitahu polisi apa yang ia ketahui tentang Megan. Sialnya, ternyata Rachel benar benar terkait dengan hilangnya Megan, ada laporan yang masuk ke kepolisian bahwa pada saat hilangnya Megan tersebut,  Rachel masuk dan berbuat onar di rumah mantan suaminya yang tinggal hanya berjarak 4 rumah dari rumah Megan.

Celakanya, Rachel mengalami block out, ia kehilangan ingatan tentang apa yang ia lakukan malam itu. Tetapi ia memang mengingat kalau pagi saat ia terbangun di kamar apartemennya, kepalanya terluka dan ada darah di tangannya. Jika Rachel ingin membantu menemukan Megan, yang harus ia lakukan adalah mengembalikan ingatannya kembali. Tetapi bagaimana caranya? Lagipula ia seorang pemabuk, yang tentu saja kesaksiannya akan diragukan oleh polisi. Lalu sebenarnya apa yang terjadi pada Megan?

Yaa, bagi pembaca yang pernah menamatkan Before I Go To sleep dan Gone Girl pasti langsung paham mengapa buku ini dikait kaitkan dengan dua novel tersebut. Tokoh utamanya mengalami amnesia, selain itu juga ada cerita tentang istri yang menghilang dan suami yang kebingungan. Sebenarnya novel ini seru, alur kisahnya meski bolak balik dan diceritakan dari tiga tokoh utama yang kesemuanya wanita, membuat saya cukup bersemangat menyelesaikannya. Ending ceritanya cukup mengejutkan, tetapi jika pembaca jeli, sebenarnya dari awal sudah bisa ditebak jalan cerita akhirnya. Huum, jadi kayak novel detektif gitu malahan XD

Karakter karakternya membuat saya ikut ikutan muram. Ngga ada yang loveable sama sekali, yang ada malah nyebelin semuanya. Si Megan seorang istri yang banyak sekali menyimpan rahasia. Ia tidak jujur dengan sikapnya, berpura pura bahagia padahal sebenarnya nggak, dan membaca perasaannya seakan akan ia sengsara banget hidup di rumah bersama suaminya itu. Sedangkan si Rachel, huwah, saya sampe capek baca cerita dia. Isinya penuh pura pura, mana pemabuk pula, ngga punya teman, tapi kasihan juga sih, ibunya seakan nyuekin dia gitu. Orang terdekat yang ia punya hanya teman seapartemennya yang berbelas kasihan atas kelakuan Rachel.


I want to drag knives over my skin, just to feel something other than shame, but I'm not even brave enough for that


Yah, novel yang lumayan untuk menghabiskan waktu luang, hanya saja ngga bisa dibandingin ama GG . .. *kunyah silet
2 komentar on "The Girl on The Train"
  1. huah! kok kayaknya ceritanya bikin capek ya.. capek bacanya juga ga mbak? tapi karena nyebut2 GG jadi pengin baca.. (Gone Girl lho, bukan Gossip Girl) :D

    BalasHapus
  2. Buku ini sepertinya rada mirip Gone Girl, karena tidak ada narator omniscient, POV I-nya bergantian dan sama2 tak bisa diandalkan (entah itu tukang bohong, tukang mabuk, atau terlalu baper sampai banyak kenyataan yang diabaikan). "Enlightment moment"nya Rachel agak maksa menurut saya, tapi sisanya bagus banget :D

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,