Mei 05, 2015

Titik Nol





Judul Buku : Titik Nol
Penulis : Agustinus Wibowo
Editor  : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 556 halaman, paperback
Cetakan Pertama : Februari 2012
ISBN : 978-979-22-9271-8


Justru kita perlu bermimpi. Karena mimpi itu yang menentukan perjalanan. Mimpi itu yang mengubah manusia.


Saya ingat ada pepatah yang mengatakan begini, kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan. Rasa rasanya pepatah tersebut bener banget deh.. Apalagi setelah membaca kisah Agustinus di buku ini.

Berbeda dengan dua buku sebelumnya, Selimut debu dan Garis Batas, kali ini ada dua cerita yang secara bergantian diceritakan. Yang pertama adalah kisah ketika Agustinus menjelajahi beberapa negara dalam perjalanannya, yang kedua adalah kisah sekarang saat mamanya sakit tergolek lemah di ranjang menunggu kesembuhan ataupun ajal yang datang. Sambil mendampingi Sang Mama itulah, Agustinus menceritakan perjalanannya, mengembara dari satu gunung ke gunung lainnya, dari satu kota ke kota berikutnya, dan pembaca dibuat luluh oleh ceritanya.


Justru karena masih ada mimpi, kita jadi punya alasan untuk terus hidup, terus maju, terus berjalan, terus mengejar.


Perjalanan kita dimulai dari Kailash di Tibet, gunung yang menjulang sendiri ini menjadi pusat peribadatan tertinggi bagi banyak orang. Mereka mendaki gunung tidak hanya berjalan kaki tetapi sampai berposisi melata di atas tanah. Makin menderita maka mereka merasa ibadahnya akan makin diterima. Tak cukup Kailash, Agustinus masih mencoba lagi keberuntungannya dengan gunung, Himalaya. Yah, mengingat perjalanan sebelumnya cukup membuat Agustinus merana, kali ini ia sadar diri sehingga tidak sampai muluk muluk ke puncaknya.

Tak hanya gunung yang ia jelajahi, Agustinus juga mengajak kita menelusuri India yang kumuh dan kotor. Lalu ke Pakistan, negara Republik Islam yang meskipun wanitanya berpakaian burqa tetap saja ada banyak pelecehan seksual di mana mana. Yang lebih menjijikkan adalah oknum prianya tak hanya menggoda diam diam, tapi juga terang terangan bahkan pada sesama lelaki juga. Naudzubillah.

Saya selalu suka dengan catatan perjalanan yang diceritakan Agustinus. Ia tak hanya bercerita tentang tempat, keindahan alam atau akomodasi yang ia dapatkan, tetapi lebih menekankan pada kehidupan sosial dan budaya yang ia temui. Orang orang yang ia temui, ia jumpai, ia kenal sampai ada beberapa yang malah menjadi akrab. Membacanya membuat saya kadang terharu, tertawa, lalu menangis karena ceritanya yang sendu.


Jadi mama itu di mana mana selalu cerewet, kamu jangan bosan


Sementara Agustinus mengembara di dunia luar, Mamanya harus berjuang memenangkan pertarungan dengan sel kanker yang menggerogotinya. Kanker. Saya akui saya selalu sensitif dengan sesuatu yang berhubungan dengan penyakit ini. Alhasil saat membaca kisah Agustinus dengan Mamanya, saya berkali kali mengelap air mata yang tiba tiba mengalir begitu saja. Antara haru atas perjuangan Sang Mama, tapi sekaligus sedih menyaksikan penderitaannya yang dilukiskan lewat kata kata. Bukan sekali dua kali saya merasa dilema. Sebal karena kenapa si anak tak kunjung pulang meski tahu kalau Ibunya sedang sakit? Tapi sekaligus menempatkan diri sebagai posisi seorang ibu, setiap ibu manapun pasti ingin membahagiakan anaknya. Jadi kalau kebahagiaan anaknya itu adalah perjalanan, pengembaraan yang nun jauh di negeri antah berantah, mana mungkin sang Ibu tega menyuruhnya pulang?

Buku Titik Nol ini kembali mengingatkan saya akan bentuk kepasrahan yang sesungguhnya. Bahwasanya setiap individu memiliki titik nolnya masing masing. Dan setiap tragedi kemanusiaan yang diceritakan di buku ini membuat saya merenungkan  dalam hati. Sudahkah saya menemukan Titik nol saya sendiri?

Sebuah buku yang apik dan menyentuh hati pembacanya. Terima kasih karena sudah mau berbagi, Agus.

Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,